nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mendorong agar universitas dapat menjadi wadah memperkuat paham kebhinekaan dengan basis-basis ilmiah. 

"Saya berharap, kampus dapat menjadi tempat merawat kebhinekaan dan perguruan tinggi memiliki peran yang strategis untuk memberikan landasan dalam memberikan penjelasan yang rasional dan ilmiah," ujar Menag saat tampil menjadi keynote speaker dalam seminar "Merawat Indonesia : Peran Universitas dalam Menjaga Kebhinekaan" yang diselenggarakan Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi UI, Depok,Kamis  (24/11). 

Dengan kata lain, Menag menambahkan, universitas memiliki peranan penting dalam penguatan terhadap paham kebhinekaan. 

"Bangsa Indonesia dengan keragaman suku, etnis, agama juga bahasa disatukan karena kebangsaan kita, bangsa Indonesia. Dan Indonesia itu adalah bhineka, jika kebhinekaan hilang, maka bangsa Indonesia juga hilang," ujar Menag Lukman. 

Menag juga mengusulkan agar tenaga pengajar di universitas atau para dosen sebagai penggerak utama dari sebuah universitas agar memiliki metodologi yang baik disertai dengan wawasan multikulturalisme yang baik. 

"Bukan dosen yang cara pandangnya sangat hitam putih," kata Menag Lukman. 

Dikatakan Menag, keragaman dilihat dari perspektif agama merupakan cara Tuhan untuk memberikan berkahnya kepada kita umat manusia yang beragam bisa saling mengisi dan bersinergi. 

Dalam pidatonya yang bertajuk "Kondisi Kebhinekaan di Indonesia Saat Ini dan Harapan terhadap Universitas," Menag mengatakan cara pandang atau paradigma dalam menyikapi keragaman harus senantiasa dirawat. 

"Jangan sampai kebhinekaan ini kemudian ada upaya kita untuk menghilangkannya karena ada keinginan untuk menyeragamkan kita semua," terang Menag. 

Menag menyarankan agar tidak memutlakkan pandangan kita mengenai segala hal, karena boleh jadi ada pihak lain di luar sana yang memiliki perspektif yang berbeda dan bisa jadi mengandung kebenaran juga. Oleh karenanya, ujar Menag, kesadaran akan perbedaan pendapat harus senantiasa dijaga. 

Menag menekankan, hendaknya perbedaan dimaknai sebagai sesuatu yang dapat dipahami dalam perspektif yang positif dan mampu memperkuat kesatuan kita sebagai sebuah bangsa. 

Selain Menag, tampil juga beberapa pembicara, antara lain : Ketua Ikatan Alumni UI(ILUNI) Arif Budhy Hardono, Pengajar dan peneliti di Fakultas Psikologi UI Bagus Takwin, Ketua Lembaga Demografi UI dan pengajar FEB UI Turro Selrits Wongkaren, serta pengajar FIB UI Gadis Arivia. 

Hadir dalam kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Psikologi UI Tjut Rifameutia Umar Ali dan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Feri Meldi. (p/ab)